Bedaquiline, Harapan Baru Pengobatan Tuberculosis Resisten Obat. Hampir 600.000 orang diwartakan telah terjangkit Tuberkulosis Resisten Obat (TB-RO) atau multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB) setiap tahunnya. Penyakit itu sendiri dalam berbagai laporan telah membunuh lebih banyak orang daripada penyakit menular lainnya di dunia.
Pengobatan TB-RO yang tersedia saat ini melibatkan upaya terapi selama 2 tahun dengan menggunakan banyak kombinasi obat-obatan yang berpotensi menyebabkan resistensi dan efek samping yang sangat serius seperti gangguan kejiwaan dan pendengaran. Dengan presentase kesembuhan sekitar 65%.
Obat Baru Bernama Bedaquiline.
Dalam 5 dekade terakhir, Bedaquiline adalah satu-satunya obat TB terbaru yang berhasil para ahli kembangkan. Pengembangan obat baru untuk memberantas TB ini bekerja lebih “halus” pada pasien yang saat ini mengalami resistensi obat-obatan TB.
Obat ini dapat membantu upaya menurunkan angka kematian penderita TB akibat resistensi obat. Serta meningkatkan kualitas kehidupan pasien yang saat ini tidak hanya harus menjalani serangkaian pengobatan kompleks selama 2 tahun. Selain itu juga mengurangi berbagai efek samping yang berat.
Baca juga: Kari Bantu Atasi Tuberkulosis Resisten Obat
Namun demikian, bedaquiline masih memerlukan penelitian menyangkut cara memadukannya kedalam rejimen pengobatan yang ada saat ini, demi mencegah resistensi obat. Bedaquiline saja tidak akan bisa menyembuhkan TBC, sehingga memerlukan campuran atau “cocktail” dari sejumlah obat-obatan lain yang saat ini sedang dipakai untuk membasmi mycobacterium TBC.

Bedaquiline harapan baru penderita TB Resisten Obat
Efektivitas Sama
Uji klinis baru yang mencakup hampir 400 pasien TB RO dari Vietnam, Mongolia, Afrika Selatan dan Ethiopia untuk membandingkan efektivitas pengobatan jangka panjang dan terapi yang lebih singkat.
Hasilnya menunjukkan bahwa semakin lama, hampir dua tahun pengobatan memiliki efektivitas 80 persen. Sementara rencana perawatan yang lebih pendek memiliki efektivitas hampir setara yaitu 79 persen.
Hal itu menunjukkan pasien dapat mengkonsumsi rata-rata hanya 14 pil per hari untuk fase intensif 20 pekan awal. Kemudian 10 pil setiap hari dalam fase 20 pekan kedua (dengan tambahan 16 hingga 20 pekan injeksi lima kali per minggu), akan mendapatkan hasil yang sama daripada mengkonsumsi 20 pil setiap hari selama dua tahun. Hal ini seperti anjuran dalam rencana perawatan jangka panjang.
Dengan mengurangi lamanya pengobatan berarti pasien memiliki kesempatan yang lebih baik untuk menyusun seluruh kehidupannya terutama bagi penderita di negara-negara miskin di mana infrastruktur layanan kesehatan lemah. Terapi baru menumbuhkan harapan baru menuju kehidupan yang lebih baik dengan bebas dari Tuberkulosis. (Dari berbagai sumber)