Inilah efek samping obat TBC berdasarkan jenis dan cara mengatasinya. Indonesia termasuk ke dalam negara penyumbang terbanyak ke-2 kasus Tuberkulosis dari jumlah populasi masyarakat dunia setelah India. Meskipun bersifat mudah menular, penyakit yang penyebabnya adalah kuman M. Tuberculosis tersebut untung saja memiliki obat penawarnya. Meski begitu efek samping obat TBC perlu kita ketahui agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat jika kondisi tersebut terjadi.
Pemberian obat anti TBC (OAT) oleh tenaga medis harus sesuai dengan kondisi penderita dengan dosis yang berbeda-beda. Artinya, akan ada banyak jenis OAT yang mungkin pemberiannya tergantung tingkat keparahan gejala TBC penderita. Di bawah ini adalah penjelasan tentang efek samping beberapa jenis obat anti TBC beserta hal-hal yang perlu kita perhatikan dalam penggunaan OAT.
Efek Samping Obat TBC Berdasarkan Jenisnya
Masa pengobatan Tuberkulosis tiap masing-masing penderitanya memiliki jangka waktu yang berbeda, biasanya berkisar antara 6 hingga 9 bulan menggunakan obat OAT. Penggunaan obat-obatan dalam waktu yang lama tersebut tentu dapat menimbulkan efek samping. Secara umum, ada empat jenis obat anti TBC yang biasa digunakan dan akan dibahas mengenai efek samping penggunaannya di bawah ini:
1. Ethambutol (Myambutol)
Ethambutol atau dikenal juga sebagai Myambutol adalah antibiotik yang kerap digunakan dalam pengobatan penyakit TBC. Obat ini menekan laju pertumbuhan bakteri penyebab TBC di dalam tubuh yang juga dikombinasikan dengan antibiotik lain seperti Isoniazid dan Rifampisin. Efek samping yang timbul selama penggunaan obat tersebut biasanya berupa gangguan penglihatan.
2. Rifampicin
Obat anti TBC yang kerap digunakan untuk mengurangi infeksi adalah Rifampicin yang dikombinasikan dengan obat-obat lainnya atau bisa juga diberikan dosis tunggal. Efek samping obat TBC tersebut hanya memberikan gejala-gejala ringan seperti flu yang meliputi demam dan pilek. Tidak hanya itu saja, untuk beberapa kasus tertentu cairan tubuh seperti air mata, urine, ataupun keringat berwarna kemerahan.
Baca juga: Mari Kenali Penyebab Penyakit TBC Secara Lengkap di Sini
Efek samping seperti gatal dan ruam kulit terkadang juga muncul selama mengkonsumsi Rifampicin, tetapi dapat hilang dengan sendirinya. Untuk kasus yang berat, penggunaan Rifampisin dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan hepatotoksisitas, atau kerusakan hati akibat obat-obatan. Penderita bisa langsung mengkonsultasikan diri ke dokter apabila gejala lain selama penggunaan obat seperti:
- Mata berubah warna menjadi kekuningan.
- Peningkatan rasa haus.
- Urine berdarah.
- Detak jantung mengalami peningkatan.
- Demam serta radang tenggorokan terus menerus.
- Kejang
- Nyeri sendi dan bengkak parah.
- Mudah mengalami pendarahan atau memar.
- Penurunan kualitas penglihatan.
- Perubahan psikis ekstrim (hingga mengalami delusi).
3. Isoniazid
Isoniazid tergolong obat anti TBC yang memberikan efek samping ringan seperti mulut kering, sakit kepala, dan peningkatan detak jantung. Selain itu efek yang mungkin pasien rasakan selama mengkonsumsi obat tersebut adalah muntah, mual, gangguan pencernaan, dan konstipasi. Akan tetapi, apabila mengalami gangguan yang cukup berat seperti anemia aplastik dan penurunan metabolisme, bisa langsung menghubungi dokter.
4. Pyrazinamide
Pyrazinamide merupakan obat TBC yang diberikan hanya dalam rentang waktu dua hingga tiga bulan pertama pengobatan. Efek samping obat TBC juga bisa penderita alami selama mengkonsumsi Pyrazinamide dalam waktu yang lama atau tidak sesuai dengan anjuran dokter. Untuk kasus yang ringan, efek yang timbul dari pemakaian obat tersebut adalah rasa mual dan penurunan nafsu makan.
Baca juga: Simak Penjelasan Penularan Penyakit TBC Beserta Cara Mencegahnya
Pada dasarnya efek samping akibat mengkonsumsi Pyrazinamide masih bisa dokter tangani dan kendalikan. Hanya saja untuk lebih jauh lagi, efek yang timbul dari obat tersebut bisa berupa alergi obat, kulit sensitif terhadap sinar matahari, dan kambuhnya penyakit asam urat. Apabila penderita mengalami gangguan berat seperti perubahan ekstrim warna urine, ruam kulit, nyeri sendi dan lainnya bisa segera ke dokter.
Yang Perlu Diperhatikan Selama Menggunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Selama proses penyembuhan TBC berlangsung, jangan sekalipun mengabaikan anjuran dokter selama menggunakan obat untuk terapi pengobatan. Sebab jika tidak, pengobatan akan berlangsung lebih lama dan semakin memberikan dampak yang kurang baik terhadap tubuh. Untuk itu, hal-hal di bawah ini sebaiknya kita perhatikan selama mengkonsumsi obat anti TBC:
- Sebelum mendapatkan obat, ada baiknya memberitahukan kepada dokter mengenai obat-obatan yang sedang dgunakan (jika ada.)
- Minum obat secara teratur minimal enam bulan sesuai aturan dari dokter.
- Jangan sekalipun memberhentikan atau mengurangi dosis obat anti TBC meski sudah merasa baikan, karena berakibat pada kegagalan pengobatan TBC.
- Selalu minum obat tepat waktu, ketidakteraturan dalam pemberian obat mengakibatkan bakteri penyebab TBC resisten terhadap obat.
- Hindari penggunaan alkohol selama melakukan pengobatan TBC.
Obat-obatan untuk para penderita Tuberculosis termasuk ke dalam golongan obat keras yang harus dalam pengawasan dokter. Sehingga efek samping obat TBC yang timbul bisa segera tertangani dengan baik. Upaya yang tepat untuk meminimalisir kemungkinan terkena efek yang lebih berat yakni dengan cara disiplin terapi obat TBC sehingga proses penyembuhan bisa berlangsung lebih cepat. Mari kita dukung dan sukseskan program pemerintah melalui Kementerian Kesehatan yaitu Indonesia bebas TBC tahun 2030. Bergandengan tangan bersama lembaga terkait dan LSM peduli TBC; TB Indonesia, STPI, POP TB Indonesia, bebaskan Indonesia dari TBC.