Peran Pendidik Sebaya Dalam Pengobatan TB Resisten Obat. Kasus Tuberkulosis Resisten Obat cenderung terus meningkat. Khusus di Jawa Tengah, tahun 2017 jumlah kasus penyakit ini sebanyak 540. Sementara yang telah mendapatkan pengobatan sebanyak 343. Sedangkan tahun 2016 jumlahnya sebesar 229. Dan yang mendapatkan layanan pengobatan sebanyak 153. Peningkatan jumlah ini lebih karena penolakan pasien untuk menjalani pengobatan yang waktunya lama.
Selain itu, disebabkan juga keterbatasan fasilitas kesehatan rujukan. Penolakan lebih karena kekhawatiran efek samping selama pengobatan. Pengobatan jangka panjang dengan proses rumit dan jumlah obat yang lebih banyak. Selain itu, pasien ada kemungkinan mendapatkan perlakuan diskriminatif oleh orang sekitarnya. Hal inilah yang menyebabkan pasien memiliki kecenderungan mangkir berobat. Oleh karena itu pasien memerlukan dukungan dan pendampingan untuk menjaga kepatuhan pengobatan.
Berdasarkan data tahun 2014 – 2017, pasien yang mendapat pendampingan dari organisasi pendidik sebaya (peer educator) mempunyai angka putus obat: 6,3%. Lebih rendah dibandingkan yang tidak mendapat pendampingan (16.3 %). Hal ini menegaskan pentingnya pendidik sebaya dalam mensukseskan pengobatan.

Pendidik sebaya melakukan kunjungan pasien MDR TB yang mangkir berobat
Organisasi Pendidik Sebaya
Patriot merupakan organisasi bekas pasien Tuberkulosis kebal obat di bawah naungan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan. Berkedudukan di kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah. Pengurus patriot dilantik oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan (Dirjen Yankes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia pada peringatan hari TBC, 24 Maret 2019.
Baca juga: 4 Kunci Sukses Sembuh dari TBC Resisten Obat
Organisasi ini bersifat terbuka. Beranggotakan para pasien yang telah menyelesaikan pengobatan dan telah sembuh. Serta anggota masyarakat yang memiliki kepedulian dalam pemberantasan tuberculosis. Selain merupakan nama organisasi, Patriot merupakan singkatan “Pejuang Anti TBC Resisten Obat”.
Peran dan Fungsi Patriot
Wadah organisasi ini memiliki 3 peran utama yakni, Pendidik (educator), Motivator, dan Fasilitator. Pendidik (educator), berperan memberikan informasi kepada pasien, keluarga, maupun khalayak luas. Motivator untuk memberikan motivasi dan dukungan psiko-sosial agar pasien berobat sampai tuntas dan tidak mangkir. Fasilitator untuk menjembatani antara pasien dengan layanan untuk mendukung kesembuhan.
Ketiga peran dan fungsi di atas terwujud dalam berbagai kegiatan. Antara lain melakukan kunjungan ke rumah pasien, mengunjungi Rumah Sakit rujukan, berbagi pengetahuan tentang pengalaman pengobatan kepada masyarakat. Selain itu juga melakukan kampanye luas melalui pertemuan dan sosialisasi media massa.
Perasaan senasib sepenanggungan serta kesamaan pengalaman memberikan keuntungan. Pernah sakit dan menjalani pengobatan, memberikan kelebihan tersendiri. Keuntungannya adalah orang yang menjalani pengobatan akan lebih menerima. Selain itu juga lebih efektif dalam menyampaikan efek samping obat secara benar. Serta bisa lebih terbuka dalam membahas masalah yang sensitif dan sulit untuk kemudian mencari solusinya bersama. (*Dari berbagi sumber)