Siapa Bilang TB Resisten Obat Tidak Dapat Disembuhkan? Seiring dengan semakin meningkatnya penemuan kasus tuberkulosis/ TB di Indonesia, maka yang perlu menjadi perhatian adalah munculnya kasus TB resisten obat. Di antara kasus- kasus TB sebagai akibat dari pengobatan yang tidak adekuat dan penularan dari pasien TB resisten obat. Pada tahun 2015 terdapat 10, 4 juta insiden kasus TB di seluruh dunia di mana 580.000 penemuan merupakan kasus TB MDR/ RR. Dari perkiraan 580.000 TB resisten obat hanya 125.000 yang berhasil ditemukan dan diobati.
Tatalaksana TB resisten obat saat ini membutuhkan periode pengobatan yang terlalu lama (minimal 18 bulan). Data survailens diseluruh dunia juga menunjukan hasil yang kurang memuaskan dalam hal keberhasilan pengobatan dengan panduan jangka panjang, yaitu 50% (WHO global report 2016).
Pada bulan Mei 2016 WHO mengeluarkan rekomendasi penggunaan panduan pengobatan jangka pendek 9- 11 bulan untuk tiga kelompok pasien. Yaitu: pasien TB resisten rifampisin (TB RR) atau MDR yang belum pernah diobati OAT lini kedua; atau pada pasien yang kemungkinan kecil terjadi resistensi; atau tidak terbukti resisten terhadap fluorokuinolon dan obat injeksi lini kedua.
Program penanggulangan TB Nasional akan mengimplementasikan pengobatan jangka pendek untuk TB RR/ MDR sesuai dengan rekomendasi WHO. Sebagai upaya untuk meningkatkan enrollment pengobatan, menurunkan angka putus obat dan meningkatkan angka keberhasilan pengobatan TB resisten obat di Indonesia.
Daftar Isi
Definisi TB Resisten obat
TB Resisten obat adalah TB yang penyebabnya adalah kuman bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang telah mengalami kekebalan terhadap OAT. Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR TB) atau TB MDR adalah TB resisten obat terhadap obat anti TB yang paling poten yaitu INH dan rifampisin secara bersama sama. Atau resisten terhadap obat Tb lini 1 lainnya seperti streptomicyn inj, ethambutol dan pyrazinamid.
Penularan TB Yang Luar Biasa
Penyakit TB menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri mycobacterium tuberculosis yang penderita TB lepaskan saat batuk. Bila dia penderita TB aktif, sekali batuk ia dapat melepaskan 1 juta kuman dalam radius 2 meter. Jadi bisa kita bayangkan, seandainya ia seorang dosen atau guru dengan aktivitas normal. Dia bisa mencemari udara di rumah, di kendaraan umum, di kelas, di kantor, di toilet, di ruang makan, dsb.
Baca juga: Bedaquiline Harapan Baru Pengobatan TB Resisten Obat
Jadi jika kita bandingkan dengan penularan HIV atau Flu burung, TB sangat luar biasa menular. Dengan model penularan seperti ini, otomatis kuman TB bisa menyebar ke orang-orang di sekitar sehingga berpotensi sangat menambah jumlah penderita secara cepat. Demikian juga TB MDR akan menularkan TB resisten obat pada masyarakat di sekitarnya.
Bagaimana Kuman TB menjadi Resisten?
Resisten terhadap obat anti TB dapat terjadi pada pemberian obat yang tidak tepat, yaitu pasien tidak menyelesaikan pengobatan sesuai aturan. Kemudian petugas kesehatan tidak memberikan pengobatan yang sesuai dengan panduan, baik dosis, lama pengobatan, maupun kualitas obatnya. Demikian juga adanya suplai obat yang tidak selalu tersedia.
Diagnosis TB Resisten Obat
Penegakan TB resisten obat di Indonesia mengacu pada pemeriksaan bakteriologis dengan Tes Cepat Molekuler (TCM), biakan dan uji kepekaan obat. Pemeriksaan TCM di fasyankes yang memiliki sarana TCM, biakan dan uji kepekaan di laboratorium yang telah tersertifikasi.
Pengobatan TB Resisten Obat
Pengobatan TB resisten obat lebih sulit dari pengobatan TB yang masih sensitif. Angka keberhasilan pengobatan tergantung kepada seberapa cepat kasus resisten obat teridentifikasi dan ketersedian pengobatan yang efektif. TB resisten obat dapat sembuh dengan pengobatan jangka panjang atau konvensional dengan lama antara 18- 24 bulan. Dapat juga menggunakan regimen jangka pendek (STR) dengan lama antara 9- 11 bulan. Tergantung dari kriteria dan hasil rapat TAK (Tim Ahli Klinis).
Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resisten Obat
Adalah kegiatan yang bertujuan untuk menangani TB resisten obat, TB MDR dan TB XDR. Tujuan dari MTPTRO yang utama adalah mencegah terjadinya TB resisten obat melalui pelayanan DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) yang bermutu dan melaksanakan manajemen penanganan TB resisten obat yang terstandarisasi.
Dengan adanya pasien yang terdeteksi resisten obat, sejak tahun 2016, RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga telah membentuk tim MTPTRO. Dengan ketua dr. Hasto Nugroho, Sp. P., FIRS. Beranggotakan Dwi Rahayu, Elin (Laborat), Velly Yudha, Septi (data officer), Erna Prihandayani (case manager), Dwi Yulianti (farmasi), Sri Budiarti, Agus S (keperawatan) dan Tim Ahli Klinis yang terdiri dari dr. Priyanto Adi Nugroho Sp.PD, dr. Duhita Yassi, Sp.THT-KL, dr. Nunung Dartini,MSc, Sp.PK, dr. Iffah C,Sp. KJ,M.Kes, dan dr. Hendy Chrisandy Sp.M.
Baca juga: Testimoni Pasien Sembuh, TB RO Bisa Disembuhkan
Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga mempunyai fasilitas pemeriksaan TCM sejak tahun 2014 dan menjadi salah satu rujukan TB resisten obat di Jawa Tengah dari 6 rumah sakit rujukan yang ada. Dari data tim MTPTRO RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga pada tahun 2016 terdapat kasus suspeck 192 , dengan kasus TB RO/ MDR 12 pasien. Tahun 2017 suspeck sebanyak 1.243 dengan kasus TB RR/ MDR sebanyak 27 pasien dan tahun 2018 sampai dengan bulan Agustus jumlah suspeck 1.021, dengan kasus TB RR/ MDR sebanyak 33 pasien.
RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga juga menerima rujukan dari fasyankes baik untuk pemeriksaan TCM maupun rujukan pasien. Fasyankes yang sering merujuk material TCM seperti BKPM Ambarawa, BKPM Salatiga, RSUD Salatiga,RS dr.Asmir, RS Puri Asih dan Puskesmas- Puskesmas di sekitar Salatiga dan Kabupaten Semarang. Sedangkan untuk rujukan pasien kami sudah bekerjasama dengan 18 Kabupaten/ kota dan 5 provinsi antara lain DIY, Jawa Barat, Banten, Sulawesi Selatan dan Lampung.
RSPAW Memiliki Fasilitas Bagus
RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga mempunyai fasilitas rawat inap dan rawat jalan khusus TB resisten obat. Fasilitas rawat inap sebanyak 4 tempat tidur. Merupakan ruang non kelas dan seluruh pembiayaan pasiennya mendapatkan pembiayaan dari KNCV dan Global Fund. Pelayanan TB resisten obat berbasis rujukan dengan pengendalian berbasis infeksi diharapkan seluruh pasien yang ditemukan segera diobati.
Dengan berbagai upaya dan kendala yang muncul, akhirnya satu orang pasien berhasil sembuh dan hidup tanpa mengkonsumsi obat MDR lagi. Satu hal yang tak kalah penting adalah pendampingan, support keluarga dan masyarakat pada pasien dengan tb resisten . Semoga keberhasilan ini menjadi motivasi bagi pasien lain yang sedang menjalani program pengobatan. (http://yankes.kemkes.go.id)
Sumber : http://yankes.kemkes.go.id/read-siapa-bilang-tb-resiten-tidak-dapat-disembuhkan-5750.html